.emoWrap{ background:#ccc; border: 1px solid #333; margin:5px; padding:10px;}

Sabtu, 08 Februari 2014

"Aku Mau Kamu, Salah?" Hari ke-5 #30HariMenulisSuratCinta



     Yaa. Judulnya sama dengan judul salah satu soundcloud Oka. Kamu tau Oka kan? Cowok berkumis tipis dan seorang pemain basket yang tidak digandrungi. Aku suka dia. Tapi aku lebih suka kamu, Mas. Entah kamu sadar atau gak, tapi sejak kita bertemu setahun yang lalu di kampus ini aku sudah menaruh hati kepada kamu. Aku yang hanya anak rantau disini mungkin tidak pernah bisa menjadi seseorang yang selalu kamu sebut namanya di setiap doamu. Aku sadar, aku disini hanya melanjutkan studi S2 ku dan aku hidup sebatangkara di sebuah kamar kost yang kecil. Mau bagaimana lagi? Biaya hidupku saja sudah terlalu membebani orangtuaku. Dan kamu? Kamu lahir dan besar disini, dari sebuah keluarga yang cukup terpandang. Aku semakin merasa tidak pantas untuk menyukaimu. Tapi inilah yang aku rasakan, Mas. Mas Faris, aku menyukaimu. Apa aku salah? Kuharap surat ini kamu baca sebelum mungkin kamu memutuskan untuk membuangnya ke tong sampah. Maaf karena aku terlalu pengecut untuk mengungkapkan perasaanku secara langsung, Mas. Bukan karena alasan aku gengsi sebagai cewek tapi aku hanya tidak ingin mendapat perlakuan yang malah membuat aku membencimu, Mas. Aku ingin menyukaimu selama aku kuliah disini. Aku gak ingin membencimu. Kamu satu-satunya orang yang bisa membangkitkan semangatku untuk terus belajar dan belajar di kota pendidikan ini. 

Selasa, 04 Februari 2014

Hari ke-4 "Surat Cinta buat Ayah" #30HariMenulisSuratCinta

      Baiklah, surat cinta yang aku buat kali ini sedikit berbeda. Hanya terdapat persamaan dari segi latar suasana yang tetap menyedihkan. Aku menulis surat cinta untuk Ayah yang ada di surga sana. Baru kali ini aku merasa perasaanku terbalaskan oleh perasaan yang sama. Ya, aku yakin Ayah juga mencintaiku. Dimana lagi Ayah mendapatkan anak yang sangat imut seperti aku? Meskipun aku yakin terkadang Ayah merasa jengkel atas sikap kekanak-kanakanku. Ayah, sampai sekarang sikap itu masih melekat dalam diriku, tapi tenang saja sekarang aku sudah mengikuti mata kuliah Andragogy yang akan mengajarkan anakmu ini menjadi orang yang dewasa. Aku akan menjaga Ibu, aku akan menjaga hubungan baik dengan kedua kakakku. Hanya mereka bertiga yang menjadi keluargaku sekarang Yah. Ayah, aku minta maaf karena sudah sebulan lebih aku tidak pernah berkunjung ke tempatmu. Ayah, kenapa Ayah sudah tidak pernah muncul dalam mimpi aku? Aku rindu Ayah. Meskipun pasti dalam mimpi aku Ayah tidak pernah mengeluarkan sepatah katapun tapi aku merasa sedikit terhibur ketika bisa melihat wajahmu Yah. Ayah, sekarang anakmu ini sudah memasuki semester 2 dengan IP yang lumayan kata kakcan. Ayah pasti bangga kan?
     
     Oh iya, sekarang aku banyak merasakan perasaan yang dulu belum sepantasnya aku rasakan Yah. Aku sudah mulai menyukai lawan jenis. Kuharap Ayah tidak lagi melarangku di usiaku yang sudah menginjak 19 tahun. Aku bisa jaga diri Yah, lagipula aku yakin Ayah selalu menjagaku dari surga sana. Setidaknya anakmu yang paling manis ini sudah bisa membedakan mana yang baik dan buruk Yah. Aku mau minta izin sama Ayah, aku harap dengan kutulisnya surat cinta sekaligus surat izin ini, aku bisa merasakan kebahagiaan dengan orang yang benar-benar mencintai aku dan keluarga kita Yah J


     Salam kangen dari anakmu yang paling imut, paling manis, paling suka nonton bola dan konser Super Junior. Nah, cerita aku bertambah lagi kan. Ayah ingat saat kita nonton bola bareng? Ayah ingat saat aku merebut remote tv dari tangan Ayah hanya karena ingin nonton konser Super Junior? Di suatu saat Ayah marah, tapi kemudian Ayah mengerti dan membiarkanku menontonnya. Terima kasih Ayah J

Senin, 03 Februari 2014

Hari ke-3 "Saengil Chukkae Hamnida" #30HariMenulisSuratCinta

           Pagi ini aku baru saja melarikan diri dari mimpi yang telah beberapa jam mengurungku. Langsung kusambar handphone yang tersimpan rapi di meja kecil tepat di samping tempat tidurku. Aku sedikit terkejut melihat satu pengingat di hari ini, tepat pada tanggal 03 Februari 2014. Apa lagi kalau bukan pengingat ulang tahun si jahil Kyuhyun. Ya. Cho Kyuhyun adalah pacarku. Setidaknya kami berpacaran hingga beberapa bulan yang lalu dia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di Negara asalnya Korea Selatan. Maaf, aku tidak bisa menjalani suatu Long Distance Relationship.
      
      Aku membuka lemari pakaianku dan kulihat jaket kesayanganmu tergantung manis disana. Itu jaket yang kamu berikan di bandara tepat sebelum kamu berangkat ke negeri ginseng tempat kamu merayakan ulang tahun kali ini. Kamu memberikan jaket ini sebagai pengganti dekapan hangat yang sering kau berikan untukku. Dulu. Ah aku benar-benar berharap saat ini kamu mengetuk pintu kamarku dan ketika aku membukakan pintu kamu langsung memberiku sebuah kecupan hangat di dahi yang menurutmu lebar ini. Ya, katamu sedikit mirip dengan lapangan bola. Tapi menurutku sih dahi ini lebih kecil dibandingkan dengan rasa cintaku kepadamu *sedikit gombal gak apa-apa yee*

             
    Ah saengil chukkae hamnida Oppa. Mianhae, aku hanya bisa mengirim pesan singkat seperti ini. Aku tidak ingin menciptakan percakapan yang panjang lebar yang akhirnya hanya membuatku kecewa L


Minggu, 02 Februari 2014

Hari ke-2 : "RINDU"

RINDU

          Dengan ditemani secangkir teh hangat, aku duduk di jendela kamar. Mataku menerawang jauh ke depan dan pikiranku melayang jauh ke belakang. Aku ingat saat kita duduk berdua di tempat ini. Kamu dengan segelas kopi kesukaanmu dan aku seperti biasa dengan teh hangatku. Mata kita beradu beberapa saat sebelum akhirnya menyeruput gelas masing-masing. Hangat. Tapi tak ada yang sehangat pelukanmu saat itu. Kamu memelukku dalam suasana yang selalu membuatku nyaman. Ya, saat itu tengah turun hujan. Aku suka hujan. Kamu tau itu kan?
      Tapi sekarang semuanya berbeda. Aku duduk sendiri di tempat ini dengan ditemani segelas teh. Ketika aku menyeruput teh di depanku, aku sadar kalau sudah terlalu lama aku mendiamkannya hingga teh ini tidak sehangat dulu. Mungkin teh ini juga merasa kesepian setelah ditinggalkan oleh segelas kopi yang biasa menemaninya.

      Kuharap setelah kamu membaca suratku ini kamu berbesar hati untuk kembali. Setidaknya mengucapkan selamat tinggal sebelum kamu pergi. Jangan seperti ini, kamu pergi tanpa kata. Kuharap kamu masih memiliki hati yang mampu mempertemukan 4 hati yang tengah merindu. Aku merindukanmu, dan segelas tehku yang merindukan segelas kopimu. 

Sabtu, 01 Februari 2014

Hari ke-1 "Cinta pada Keramahan Kedua"

           Mungkin memang aku sangat klop dengan hujan. Ya, aku adalah seorang penyuka hujan. Dan hujan kemarin benar-benar menjadi saksi ketika kamu membalas teguranku dengan ramah. Tahukah kamu? Saat itu aku benar-benar terpukau. Rasa benciku terhadapmu seketika berubah menjadi rasa kagum. Ya, aku pikir hanya rasa kagum yang terbersit. Dan kuharap kenyatannya memang seperti itu. Aku gak mau, mungkin bahkan gak bisa berharap lebih. Sebenarnya ini adalah kali kedua kita bertutur sapa. Mungkin kamu tidak ingat sama sekali, tapi aku? Aku menghitungnya.

Senin, 20 Januari 2014

Tipe Orang yang Sering Dijadiin Tempat Curhat

Menurut gue ada 6 tipe orang yang sering jadi tempat curhat. Mungkin lo salah satunya. Atau mungkin lo pernah nemuin orang-orang kek gini? Selamat. Anda sudah beruntung!  Nah, siapa saja mereka? 

Minggu, 19 Januari 2014

Hanya Saat Ini

Aku berjalan gontai memasuki sebuah kedai kopi di ujung jalan rumahku. Entah berapa pasang mata yang menatapku aneh dalam di ruangan ini, tapi aku tidak peduli. Sekarang aku benar-benar merasa sendiri. Setelah beberapa menit  yang lalu dia meninggalkanku demi memenuhi keinginan orang tuanya. “Maaf sayang kita benar-benar harus putus. Ibuku mendesakku untuk segera menikah, dan aku tidak ingin mengecewakan mereka. Sementara untuk menunggu hingga kuliahmu selesai aku rasa itu bukan waktu yang singkat. Sekali lagi aku minta maaf” sesalnya sambil mengecup keningku. Untuk yang terakhir kalinya. Namanya Billy, kami sudah berpacaran sekitar 2 tahun. Tapi jangan bilang selama 2 tahun itu perjalanan cinta kami tidak mengalami hambatan. Sudah beberapa kali hubungan kami berada di ujung tanduk, dan mungkin kali ini benar-benar harus berakhir. Aku dan Billy memiliki selisih umur yang cukup jauh. Ketika kami berkenalan aku masih berumur 18 tahun sedangkan dia sudah 26 tahun. Tidak aneh jika orangtuanya mendesaknya untuk segera menikah. Sebenarnya aku bisa, aku bisa membantu dia memenuhi keinginan Ibunya. Tapi itu setelah aku lulus kuliah. Dan dia tidak bisa menunggu sampai saat itu tiba. Aku mengerti. Hanya saja kenangan selama 2 tahun ini. Ah benar-benar sulit untuk dilupakan begitu saja. Aku menyeruput segelas kopi di hadapanku. Mungkin takdirku memang seperti ini. Hanya melewati hari-hari dengan menikmati kopi hangat sambil mengadu kekuatan sendok dan gelas. Dan ternyata mereka sama-sama kuat. Hanya aku yang terlihat rapuh. Saat ini. Iya, aku harap hanya saat ini.