Aku
berjalan gontai memasuki sebuah kedai kopi di ujung jalan rumahku. Entah berapa
pasang mata yang menatapku aneh dalam di ruangan ini, tapi aku tidak peduli. Sekarang
aku benar-benar merasa sendiri. Setelah beberapa menit yang lalu dia
meninggalkanku demi memenuhi keinginan orang tuanya. “Maaf sayang kita benar-benar harus
putus. Ibuku mendesakku untuk segera menikah, dan aku tidak ingin mengecewakan
mereka. Sementara untuk menunggu hingga kuliahmu selesai aku rasa itu bukan
waktu yang singkat. Sekali lagi aku minta maaf” sesalnya sambil mengecup
keningku. Untuk yang terakhir kalinya. Namanya Billy, kami sudah berpacaran
sekitar 2 tahun. Tapi jangan bilang selama 2 tahun itu perjalanan cinta kami
tidak mengalami hambatan. Sudah beberapa kali hubungan kami berada di ujung
tanduk, dan mungkin kali ini benar-benar harus berakhir. Aku dan Billy memiliki
selisih umur yang cukup jauh. Ketika kami berkenalan aku masih berumur 18 tahun
sedangkan dia sudah 26 tahun. Tidak aneh jika orangtuanya mendesaknya untuk
segera menikah. Sebenarnya aku bisa, aku bisa membantu dia memenuhi keinginan
Ibunya. Tapi itu setelah aku lulus kuliah. Dan dia tidak bisa menunggu sampai
saat itu tiba. Aku mengerti. Hanya saja kenangan selama 2 tahun ini. Ah
benar-benar sulit untuk dilupakan begitu saja. Aku menyeruput segelas kopi di
hadapanku. Mungkin takdirku memang seperti ini. Hanya melewati hari-hari dengan
menikmati kopi hangat sambil mengadu kekuatan sendok dan gelas. Dan ternyata mereka
sama-sama kuat. Hanya aku yang terlihat rapuh. Saat ini. Iya, aku harap hanya
saat ini.
Ini kisah nyata ? o.o kalo iya coba anggap yang berlalu saat ini adalah pembuka jalan yang lbih baik di masa mendatang :)
BalasHapusIni kisah nyata di dalam imajinasiku. sip sip :)
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusYah, kirain cerita benaran. :))
BalasHapusTetap tegar kak. Hehe.