Sekitar pkl 01.30 aku sudah berangkat ke danau tempat kami akan bertemu. Aku begitu antusias. Bagaimana tidak, ini adalah pertemuan pertama kami semenjak berkenalan sekitar 2 bulan lalu. Selama ini kami hanya berkutat dengan handphone masing-masing setiap kali berhubungan. Tentu saja kesempatan untuk bertemu kali ini akan kumanfaatkan dengan baik, aku tak ingin terlihat payah dihadapannya. Sudah pkl 02.00 tapi dia belum juga muncul. “Ah mungkin dia terjebak macet” gumamku mengusir pikiran negative yang mulai menghiasi otakku. Tak terasa setengah jam berlalu dan dia belum juga datang. Aku terus menunggu hingga suasana danau yang menenangkan seketika berubah menjadi mengerikan ketika awan gelap saling beradu untuk menyelimuti langit sore ini. Tak sampai 5 menit hujan turun dengan derasnya. Aku masih betah di tempatku. Aku tak ingin beranjak dari sini sampai dia memberi kabar. Setelah menemaniku sekitar 1,5 jam, hujan pun berhenti. Aku kembali sendiri. Kesepian. Hingga seseorang menepuk pundakku. Aku berbalik dan. Sepasang tangan mendekapku erat. Sangat erat. “Apa kamu menunggu disini sejak pkl 02.00 tadi? Dan apa kau tidak berteduh saat hujan?” dia terus bertanya sambil menatap sekujur tubuhku yang basah kuyup gara-gara kehujanan. “Ya” jawabku singkat sambil terisak. Aku terlalu bahagia saat ini. Sangat bahagia. “Kenapa? Dasar bodoh” tanyanya. “Because I love rain and I love you. So much” jawabku. Dia mencium keningku. Sedetik. Dua detik. Ah cukup lama. Dan akhirnya aku tersadar. Aku telah berimajinasi terlalu tinggi. Aku menyadari diriku sekarang masih disini. Masih tetap menulis.
Sabtu, 18 Januari 2014
Because I Love Rain
Sekitar pkl 01.30 aku sudah berangkat ke danau tempat kami akan bertemu. Aku begitu antusias. Bagaimana tidak, ini adalah pertemuan pertama kami semenjak berkenalan sekitar 2 bulan lalu. Selama ini kami hanya berkutat dengan handphone masing-masing setiap kali berhubungan. Tentu saja kesempatan untuk bertemu kali ini akan kumanfaatkan dengan baik, aku tak ingin terlihat payah dihadapannya. Sudah pkl 02.00 tapi dia belum juga muncul. “Ah mungkin dia terjebak macet” gumamku mengusir pikiran negative yang mulai menghiasi otakku. Tak terasa setengah jam berlalu dan dia belum juga datang. Aku terus menunggu hingga suasana danau yang menenangkan seketika berubah menjadi mengerikan ketika awan gelap saling beradu untuk menyelimuti langit sore ini. Tak sampai 5 menit hujan turun dengan derasnya. Aku masih betah di tempatku. Aku tak ingin beranjak dari sini sampai dia memberi kabar. Setelah menemaniku sekitar 1,5 jam, hujan pun berhenti. Aku kembali sendiri. Kesepian. Hingga seseorang menepuk pundakku. Aku berbalik dan. Sepasang tangan mendekapku erat. Sangat erat. “Apa kamu menunggu disini sejak pkl 02.00 tadi? Dan apa kau tidak berteduh saat hujan?” dia terus bertanya sambil menatap sekujur tubuhku yang basah kuyup gara-gara kehujanan. “Ya” jawabku singkat sambil terisak. Aku terlalu bahagia saat ini. Sangat bahagia. “Kenapa? Dasar bodoh” tanyanya. “Because I love rain and I love you. So much” jawabku. Dia mencium keningku. Sedetik. Dua detik. Ah cukup lama. Dan akhirnya aku tersadar. Aku telah berimajinasi terlalu tinggi. Aku menyadari diriku sekarang masih disini. Masih tetap menulis.
Ternyata hanya imajinasi? Tapi, bagus tulisannya. :)
BalasHapusLanjutkan yaa!! ^^
Tulisannya doang yang bagus? halah.
Hapusetapi maacih yaa *jabattangan*
good story nurbai :) keep write yaa ...
BalasHapuseeeh ada Echy. sip sip.
Hapussemoga moodku bagus terus :)