Baiklah, surat cinta yang aku buat kali ini sedikit berbeda.
Hanya terdapat persamaan dari segi latar suasana yang tetap menyedihkan. Aku menulis
surat cinta untuk Ayah yang ada di surga sana. Baru kali ini aku merasa
perasaanku terbalaskan oleh perasaan yang sama. Ya, aku yakin Ayah juga
mencintaiku. Dimana lagi Ayah mendapatkan anak yang sangat imut seperti aku? Meskipun
aku yakin terkadang Ayah merasa jengkel atas sikap kekanak-kanakanku. Ayah,
sampai sekarang sikap itu masih melekat dalam diriku, tapi tenang saja sekarang
aku sudah mengikuti mata kuliah Andragogy yang akan mengajarkan anakmu ini
menjadi orang yang dewasa. Aku akan menjaga Ibu, aku akan menjaga hubungan baik
dengan kedua kakakku. Hanya mereka bertiga yang menjadi keluargaku sekarang
Yah. Ayah, aku minta maaf karena sudah sebulan lebih aku tidak pernah
berkunjung ke tempatmu. Ayah, kenapa Ayah sudah tidak pernah muncul dalam mimpi
aku? Aku rindu Ayah. Meskipun pasti dalam mimpi aku Ayah tidak pernah
mengeluarkan sepatah katapun tapi aku merasa sedikit terhibur ketika bisa
melihat wajahmu Yah. Ayah, sekarang anakmu ini sudah memasuki semester 2 dengan
IP yang lumayan kata kakcan. Ayah pasti bangga kan?
Oh iya,
sekarang aku banyak merasakan perasaan yang dulu belum sepantasnya aku rasakan
Yah. Aku sudah mulai menyukai lawan jenis. Kuharap Ayah tidak lagi melarangku
di usiaku yang sudah menginjak 19 tahun. Aku bisa jaga diri Yah, lagipula aku
yakin Ayah selalu menjagaku dari surga sana. Setidaknya anakmu yang paling
manis ini sudah bisa membedakan mana yang baik dan buruk Yah. Aku mau minta
izin sama Ayah, aku harap dengan kutulisnya surat cinta sekaligus surat izin
ini, aku bisa merasakan kebahagiaan dengan orang yang benar-benar mencintai aku
dan keluarga kita Yah J
Salam kangen dari anakmu yang paling imut, paling manis,
paling suka nonton bola dan konser Super Junior. Nah, cerita aku bertambah lagi
kan. Ayah ingat saat kita nonton bola bareng? Ayah ingat saat aku merebut
remote tv dari tangan Ayah hanya karena ingin nonton konser Super Junior? Di
suatu saat Ayah marah, tapi kemudian Ayah mengerti dan membiarkanku
menontonnya. Terima kasih Ayah J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar