Yaa.
Judulnya sama dengan judul salah satu soundcloud Oka. Kamu tau Oka kan? Cowok berkumis
tipis dan seorang pemain basket yang tidak digandrungi. Aku suka dia. Tapi aku
lebih suka kamu, Mas. Entah kamu sadar atau gak, tapi sejak kita bertemu setahun
yang lalu di kampus ini aku sudah menaruh hati kepada kamu. Aku yang hanya anak
rantau disini mungkin tidak pernah bisa menjadi seseorang yang selalu kamu
sebut namanya di setiap doamu. Aku sadar, aku disini hanya melanjutkan studi S2
ku dan aku hidup sebatangkara di sebuah kamar kost yang kecil. Mau bagaimana
lagi? Biaya hidupku saja sudah terlalu membebani orangtuaku. Dan kamu? Kamu lahir
dan besar disini, dari sebuah keluarga yang cukup terpandang. Aku semakin
merasa tidak pantas untuk menyukaimu. Tapi inilah yang aku rasakan, Mas. Mas Faris,
aku menyukaimu. Apa aku salah? Kuharap surat ini kamu baca sebelum mungkin kamu
memutuskan untuk membuangnya ke tong sampah. Maaf karena aku terlalu pengecut
untuk mengungkapkan perasaanku secara langsung, Mas. Bukan karena alasan aku
gengsi sebagai cewek tapi aku hanya tidak ingin mendapat perlakuan yang malah
membuat aku membencimu, Mas. Aku ingin menyukaimu selama aku kuliah disini. Aku
gak ingin membencimu. Kamu satu-satunya orang yang bisa membangkitkan
semangatku untuk terus belajar dan belajar di kota pendidikan ini.
THIS IS ME
LOVE RAIN
Sabtu, 08 Februari 2014
Selasa, 04 Februari 2014
Hari ke-4 "Surat Cinta buat Ayah" #30HariMenulisSuratCinta
Baiklah, surat cinta yang aku buat kali ini sedikit berbeda.
Hanya terdapat persamaan dari segi latar suasana yang tetap menyedihkan. Aku menulis
surat cinta untuk Ayah yang ada di surga sana. Baru kali ini aku merasa
perasaanku terbalaskan oleh perasaan yang sama. Ya, aku yakin Ayah juga
mencintaiku. Dimana lagi Ayah mendapatkan anak yang sangat imut seperti aku? Meskipun
aku yakin terkadang Ayah merasa jengkel atas sikap kekanak-kanakanku. Ayah,
sampai sekarang sikap itu masih melekat dalam diriku, tapi tenang saja sekarang
aku sudah mengikuti mata kuliah Andragogy yang akan mengajarkan anakmu ini
menjadi orang yang dewasa. Aku akan menjaga Ibu, aku akan menjaga hubungan baik
dengan kedua kakakku. Hanya mereka bertiga yang menjadi keluargaku sekarang
Yah. Ayah, aku minta maaf karena sudah sebulan lebih aku tidak pernah
berkunjung ke tempatmu. Ayah, kenapa Ayah sudah tidak pernah muncul dalam mimpi
aku? Aku rindu Ayah. Meskipun pasti dalam mimpi aku Ayah tidak pernah
mengeluarkan sepatah katapun tapi aku merasa sedikit terhibur ketika bisa
melihat wajahmu Yah. Ayah, sekarang anakmu ini sudah memasuki semester 2 dengan
IP yang lumayan kata kakcan. Ayah pasti bangga kan?
Oh iya,
sekarang aku banyak merasakan perasaan yang dulu belum sepantasnya aku rasakan
Yah. Aku sudah mulai menyukai lawan jenis. Kuharap Ayah tidak lagi melarangku
di usiaku yang sudah menginjak 19 tahun. Aku bisa jaga diri Yah, lagipula aku
yakin Ayah selalu menjagaku dari surga sana. Setidaknya anakmu yang paling
manis ini sudah bisa membedakan mana yang baik dan buruk Yah. Aku mau minta
izin sama Ayah, aku harap dengan kutulisnya surat cinta sekaligus surat izin
ini, aku bisa merasakan kebahagiaan dengan orang yang benar-benar mencintai aku
dan keluarga kita Yah J
Salam kangen dari anakmu yang paling imut, paling manis,
paling suka nonton bola dan konser Super Junior. Nah, cerita aku bertambah lagi
kan. Ayah ingat saat kita nonton bola bareng? Ayah ingat saat aku merebut
remote tv dari tangan Ayah hanya karena ingin nonton konser Super Junior? Di
suatu saat Ayah marah, tapi kemudian Ayah mengerti dan membiarkanku
menontonnya. Terima kasih Ayah J
Senin, 03 Februari 2014
Hari ke-3 "Saengil Chukkae Hamnida" #30HariMenulisSuratCinta
Pagi ini aku baru saja melarikan
diri dari mimpi yang telah beberapa jam mengurungku. Langsung kusambar
handphone yang tersimpan rapi di meja kecil tepat di samping tempat tidurku. Aku
sedikit terkejut melihat satu pengingat di hari ini, tepat pada tanggal 03
Februari 2014. Apa lagi kalau bukan pengingat ulang tahun si jahil Kyuhyun. Ya.
Cho Kyuhyun adalah pacarku. Setidaknya kami berpacaran hingga beberapa bulan
yang lalu dia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di Negara asalnya Korea
Selatan. Maaf, aku tidak bisa menjalani suatu Long Distance Relationship.
Aku
membuka lemari pakaianku dan kulihat jaket kesayanganmu tergantung manis
disana. Itu jaket yang kamu berikan di bandara tepat sebelum kamu berangkat ke
negeri ginseng tempat kamu merayakan ulang tahun kali ini. Kamu memberikan
jaket ini sebagai pengganti dekapan hangat yang sering kau berikan untukku. Dulu.
Ah aku benar-benar berharap saat ini kamu mengetuk pintu kamarku dan ketika aku
membukakan pintu kamu langsung memberiku sebuah kecupan hangat di dahi yang
menurutmu lebar ini. Ya, katamu sedikit mirip dengan lapangan bola. Tapi menurutku
sih dahi ini lebih kecil dibandingkan dengan rasa cintaku kepadamu *sedikit
gombal gak apa-apa yee*
Minggu, 02 Februari 2014
Hari ke-2 : "RINDU"
RINDU
Dengan ditemani
secangkir teh hangat, aku duduk di jendela kamar. Mataku menerawang jauh ke
depan dan pikiranku melayang jauh ke belakang. Aku ingat saat kita duduk berdua
di tempat ini. Kamu dengan segelas kopi kesukaanmu dan aku seperti biasa dengan
teh hangatku. Mata kita beradu beberapa saat sebelum akhirnya menyeruput gelas
masing-masing. Hangat. Tapi tak ada yang sehangat pelukanmu saat itu. Kamu memelukku
dalam suasana yang selalu membuatku nyaman. Ya, saat itu tengah turun hujan. Aku
suka hujan. Kamu tau itu kan?
Tapi sekarang
semuanya berbeda. Aku duduk sendiri di tempat ini dengan ditemani segelas teh. Ketika
aku menyeruput teh di depanku, aku sadar kalau sudah terlalu lama aku
mendiamkannya hingga teh ini tidak sehangat dulu. Mungkin teh ini juga merasa
kesepian setelah ditinggalkan oleh segelas kopi yang biasa menemaninya.
Kuharap
setelah kamu membaca suratku ini kamu berbesar hati untuk kembali. Setidaknya mengucapkan
selamat tinggal sebelum kamu pergi. Jangan seperti ini, kamu pergi tanpa kata. Kuharap
kamu masih memiliki hati yang mampu mempertemukan 4 hati yang tengah merindu. Aku
merindukanmu, dan segelas tehku yang merindukan segelas kopimu.
Sabtu, 01 Februari 2014
Hari ke-1 "Cinta pada Keramahan Kedua"
Mungkin memang aku sangat klop dengan hujan. Ya, aku adalah
seorang penyuka hujan. Dan hujan kemarin benar-benar menjadi saksi ketika kamu
membalas teguranku dengan ramah. Tahukah kamu? Saat itu aku benar-benar terpukau.
Rasa benciku terhadapmu seketika berubah menjadi rasa kagum. Ya, aku pikir
hanya rasa kagum yang terbersit. Dan kuharap kenyatannya memang seperti itu.
Aku gak mau, mungkin bahkan gak bisa berharap lebih. Sebenarnya ini adalah kali
kedua kita bertutur sapa. Mungkin kamu tidak ingat sama sekali, tapi aku? Aku
menghitungnya.
Senin, 20 Januari 2014
Tipe Orang yang Sering Dijadiin Tempat Curhat
Menurut gue ada 6 tipe orang yang sering jadi
tempat curhat. Mungkin lo salah satunya. Atau mungkin lo pernah nemuin orang-orang kek gini? Selamat. Anda sudah beruntung! Nah, siapa saja mereka?
Minggu, 19 Januari 2014
Hanya Saat Ini
Aku
berjalan gontai memasuki sebuah kedai kopi di ujung jalan rumahku. Entah berapa
pasang mata yang menatapku aneh dalam di ruangan ini, tapi aku tidak peduli. Sekarang
aku benar-benar merasa sendiri. Setelah beberapa menit yang lalu dia
meninggalkanku demi memenuhi keinginan orang tuanya. “Maaf sayang kita benar-benar harus
putus. Ibuku mendesakku untuk segera menikah, dan aku tidak ingin mengecewakan
mereka. Sementara untuk menunggu hingga kuliahmu selesai aku rasa itu bukan
waktu yang singkat. Sekali lagi aku minta maaf” sesalnya sambil mengecup
keningku. Untuk yang terakhir kalinya. Namanya Billy, kami sudah berpacaran
sekitar 2 tahun. Tapi jangan bilang selama 2 tahun itu perjalanan cinta kami
tidak mengalami hambatan. Sudah beberapa kali hubungan kami berada di ujung
tanduk, dan mungkin kali ini benar-benar harus berakhir. Aku dan Billy memiliki
selisih umur yang cukup jauh. Ketika kami berkenalan aku masih berumur 18 tahun
sedangkan dia sudah 26 tahun. Tidak aneh jika orangtuanya mendesaknya untuk
segera menikah. Sebenarnya aku bisa, aku bisa membantu dia memenuhi keinginan
Ibunya. Tapi itu setelah aku lulus kuliah. Dan dia tidak bisa menunggu sampai
saat itu tiba. Aku mengerti. Hanya saja kenangan selama 2 tahun ini. Ah
benar-benar sulit untuk dilupakan begitu saja. Aku menyeruput segelas kopi di
hadapanku. Mungkin takdirku memang seperti ini. Hanya melewati hari-hari dengan
menikmati kopi hangat sambil mengadu kekuatan sendok dan gelas. Dan ternyata mereka
sama-sama kuat. Hanya aku yang terlihat rapuh. Saat ini. Iya, aku harap hanya
saat ini.